Penerus Visi Mangkunegoro VII: Memahami Peran SRV dalam Sejarah Penyiaran Indonesia pada Hari Penyiaran Nasional
Hari Penyiaran Nasional (Hasiarnas) diperingati setiap tanggal 1 April setiap tahunnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2019. Semangat Hasiarnas ini berakar dari langkah Mangkunegoro VII (1916-1944) yang mendirikan Solosche Radio Vereeniging (SRV), menjadi radio pertama yang dimiliki oleh orang Indonesia saat itu. Bagi Mangkunegoro, SRV bukan hanya sekadar media penyiaran, tetapi juga merupakan alat pemersatu dan perjuangan kemerdekaan.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegoro VII memiliki pandangan modern dan ketertarikan terhadap penyiaran serta kepemilikan modal, yang menjadi pemicu lahirnya SRV. Berdasarkan karya Wiryawan, ketertarikan Mangkunegoro VII terhadap penyiaran dimulai ketika ia menerima pesawat radio penerima dari Belanda. Ia kemudian meminta Raden Mas Ir Sarsito, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Praja Mangkunegaran, untuk mengelola stasiun radio.
Baca juga : Saatnya beralih ke TV Digital (UHF)
Minat Mangkunegoro VII terhadap radio semakin bertambah setelah mendengar pidato Ratu Wilhemina yang disiarkan langsung dari Laboratorium Philips di Kota Eindhoven, Belanda. Hal ini membuatnya melihat radio sebagai senjata dalam melawan budaya barat yang merajalela. Ia membeli pemancar tua dari Djocjchasche Radio Veereniging, radio swasta Belanda di Yogyakarta, dan mendirikan SRV.
Pada tanggal 1 April 1933, SRV secara resmi didirikan melalui rapat di Gedung Societet Sasana Soeka (kini Monumen Pers Nasional). SRV ditetapkan sebagai alat penting untuk memelihara dan memperkenalkan seni budaya Nusantara. Mangkunegoro VII sendiri menyatakan bahwa pendirian SRV sangat penting bagi martabat bangsa Nusantara, dan melalui SRV, kesenian Nusantara akan dilestarikan dan disebarkan.
SRV awalnya beroperasi di Pendopo Kepatihan Mangkunegaran dan kemudian membangun studio sendiri pada 15 September 1935. SRV menjadi alat perjuangan politik dan kebudayaan melalui siaran yang mencerminkan identitas bangsa. Stasiun radio ini mengudara program berita, agama, dongeng anak-anak, petunjuk praktis, dan musik tradisional.
SRV terus berkembang dengan membuka cabang di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Pada Hasiarnas tahun 2021, tema yang diangkat adalah “Penyiaran Sebagai Pendorong Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi”, menunjukkan optimisme bahwa lembaga penyiaran turut berperan dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi. Peringatan Hasiarnas juga menjadi waktu bagi para insan penyiaran untuk merenungkan tujuan penyiaran, yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan memperkuat integrasi nasional.